10 Feb 2013

Laut Masuk Kota

Masih teringat beberapa tahun lalu saat lagu Qashidah dengan lirik "saat ABRI masuk desa ... bla bla bla",, merupakan alulan lagu yang tidak asing ditelinga saya, namu sekarang sudah asing karena lama tidak menyimaknya lagi...

Namun beberpa hari lalu ada fenomena baru yang harus saya terima walau itu sangat asing bagi saya, yaitu "saat LAUT masuk kota", dan itu merupakan pengalaman yang menurut saya bisa dibilang pengalaman perdana. Boleh saya cerita ya, kalau tidak mengizinkan silahkan baca habis ceritanya..

Berawal dari kesibukan baru belakangan ini yaitu penggarapan skripsi karena deadline semakin mencekik otak untuk selalu bekerja dan berfikir keras. Akhirnya saya temukan kendala utama berkaitan dengan skripsi saya yaitu tentang
loyalitas guru. Mencari buku tentang kesetiaan karyawan atau loyalitas baik teori atau apalah sebagainya ternyata tidak seperti yang saya bayangkan susahnya, bahkan di kota besar seperti surabaya saja kebingungan carinya sobat. Atau mungkin saya yang belum ahli cari buku ya,, hehee

Berawan dari toko buku seperti Gramedia di Kertajaya, lalu ke toko buku Manyar jaya lanjut ke toko buku Uranus, berangkat lagi ke toko buku lainya, bahkan ke toko buku bekas dan luwakan juga dibeberapa tempat diantaranya blauran dan luwakan lainya juga, ke toko kopi luwak untuk menenagkan otot sedikit. 

Beberapa hari jalan-jalan di daerah surabaya akhirnya berinisiatif untuk ke Kampoeng Ilmue pada tanggal 31 januari 2013 yang terletak di jalan Semarang seberang Pasar Turi dan Pusat Grosir Surabaya (PGS), saat saya tiba seluruh tempat sudah ditelusuri namun penjual buju saja bingung karena melihat wajah saya (bingung dan takut mungkin lihat wajah saya),  saat mendekati adzan ashar tiba bersamaan juga hujan turun deras bersama temanya angin kencang dan guntur yang dasyat. Saya pun sholat dahulu dan menunggu hujan sambil ngopi dulu.

Ternyata hujannya lama beberapa jam, mendekati gelap adzan magrib saya memaksakan diri saya dan penumpang yang nebeng dibelakang saya untuk terobos hujan yang agak mulai reda, setelah mengahbiskan dua porsi Siomay langsung saya cabut untuk pulang.

Saya belum mendapatkan kejutan sedikitpun tentang jalan utama (jalan semarang), biasa saja saat melihat genangan air yang menyentuh sedikit dari ban sepeda motor kami. Namun semakin jauh jauh roda berputar ada hal aneh yang kurasakan, "kenapa macet ini terasa menimbulkan pertanyaan aneh",,
"ada apa di depan...?"
"kenapa macet sekali..?"
"kenapa genangan air semakin terasa dikaki ku...?"
"kenapa banyak sepeda motor matic yang mati...?"

Oh tidak, Ya Allah apa itu didepan ku, seorang ibu mendorong motor maticnya dengan air setinggi paha ibu itu,,
sempat berfikir untuk balik ke kampoeng ilmue tapi nasi sudah terlanjur jadi bubur ayam bandung untuk sarapan pagi, jadinya kami terperangkap di tengah genangan air yang menggila..

semakin mengalah kepinggir jalan semakin tinggi genangan airnya, syukur saja motor yang saya gunakan lumayan tinggi shock-nya jadinya kami tidak langsung shock ditempat.
semakin maju kedepan menuju muarra eh muara jalan ( beda huruf R beda arti) semakin padat jalan ini dengan genangan air yang tidak bisa diajak kompromi, 
TIIIIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKK............... (teriak dalam hati)
disampingku ada 2 orang anak yang saling bergantian main perahu dengan baskom besar, mungkin milik ibunya. mungkin mereka mnenganggap ini adalah surga dunia, dimana laut sudah ada didepan rumah tanpa repot pergi kepinggir kota.

Para anak muda turun kejalan, ada yang membantu meringankan beban pengendara yang terjebak macet dan genangan air yang semakin menjadi, ada juga hanya sekedar bermain air layaknya orang yang berlibur kepantai parangtritis jogjakarta, ada juga yang sibuk mencari recehan dari para pengendara yang mesin kendaraannya mati karena mesinya terendam air.

Ada juga pak polosi yang terdiam 1001 bahasa dengan rompi Lalu Lintas Jalan Raya yang masih dia kenakan, kelelahan nampak sekali diwajahnya. dan dia tidak dapat berbuat banyak selain berdoa seperti halnya saya, karna kami satu perahu penderitaan disaat air menggenangi kota besar dengan sangat tinggi seperti ini.

Nampak disamping saya ada gadis (lumayan bening) wajahnya pucat dan menggigil, motornya mati dia berada ditengah-tengah jalan yang padat dan air setinggi lebih lutut orang dewasa, dan temanku bertanya kepadanya "mbak dari tadi hujan-hujanan...?" dia hanya mengangguk mungkin karena kedinginan menyelimutinya erat sehingga pita suaranya terhimpit siksaan dingin yang berjejolak merobek sumsung tulangnya, ternyata beberapa saat dia bertanya kepada kami "mas motorku ga bisa hidup lagi ta...?" kita pun menjelaskan klw mesin dan gusinya terendam maka kecil kemungkinan nyala, dia pun hanya mengangguk tanpa senyum sedikitpun. kasihan dimana kekasihnya gadis itu, apakah dia tahu kalau tulang rusuknya terjerat laut dalam kota yang lagi terjebak dalam kota.

Setelah hampir 2 lebih kurang saya bersabar dalam lautan ini, akhirnya sampai juga di muara (bukan muarra) jalan depan pasar turi, saya pun berucap dalam hati Alhamdulillah, dimana nich bisa sujud syukur,, ternyata tidak ada tempat akhinya tidak jadi sujud syukur dan kami pun pulang dengan kelelahan yang sangat, syukur saja mesin motor tidak kenapa-kenapa dan kami juga baik-baik saja.

Ternyata kota besar Surabaya seperti ini, dan selama 3 tahun ini saya disurabaya kemana saja kok bisa baru tahu ada kejadian seperti itu. Pertanyaan yang sulit buat saya jawab karena harus memanggil memori yang teramat susah diajak kompromi.

Ada hikmah dibalik ini semua.. kasih tau gak ya.... sobat blogger pasti sudah tahu kok,, karena kalian luar biasa (Ariel Noah Mode on)

40 komentar:

  1. oalah, jadi ceritanya air lautnya naik gitu ya mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sbnarx sich air hujan yang tergenang aja jadi kaya lautan gt,,
      kayakx klw dirasa asin dech tu air,,,

      Hapus
    2. kan sdh jd salah satu trade mark surabaya kalau hujan deres, kayak lautan di beberapa ruas jalan tuh

      Hapus
    3. Saya cuma beberapa menit aja di Surabaya, itupun nda keluar dari pesawat. Hieiehiehieie. Cuma transit aja dari DENPASAR. Sebelum connect ke Pontianak transit dulu di kota Surabaya.

      Hapus
    4. @Mba Ririe,, ternyata sudah jadi trade mark surabaya ya mba, saya koks baru tahu ya,, mngkin karna dkamar terus jarang kluar2 jadinya kurang dapat info ya,,

      @kang Asep,, wah kang asep belum pernah ke surebaya ternyata, ayo kang kesini main2 bareng arek2 sbya,, hehee

      Hapus
    5. iya mau bangeds ke Surabaya. Soalnya Headquarter kami di Surabaya. Graha Pena Jawa Pos Surabaya. Saya pengen sekali ke Surabaya. Kapan ya. HIheiheiheihieiehiee

      Hapus
  2. Balasan
    1. menurut ane sama bgt,,,
      karna tu termasuk bajir dadakan,, hehe

      Hapus
  3. ea...sy pun baru kmrn2 ngalami hal serupa...
    pemandangan yg live di depan mata ya mas...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. daerah man tu mas budi,,
      gmna rasanya tegang, biasa, panik, menghibur, atau bgaimna...?

      Hapus
  4. ea...sy pun baru kmrn2 ngalami hal serupa...
    pemandangan yg live di depan mata ya mas...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. daerah man tu mas budi,,
      gmna rasanya tegang, biasa, panik, menghibur, atau bgaimna...?

      Hapus
  5. Balasan
    1. mngkin bukan bos,,
      hanya banjir yang naik setinggi kaki,,,

      Hapus
  6. Daerah mana tuh gan ? Baru tau

    BalasHapus
    Balasan
    1. surabaya daerah jalan semarang bang,,,
      baru tau juga ya, sama dengan ane ,,,

      Hapus
  7. Rute jalanan ini: Gramedia di Kertajaya, lalu ke toko buku Manyar jaya lanjut ke toko buku Uranusatau ke toko buku bekas/ luwakan: blauran dan jalan semarang....memorable banget bagi saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah baru sadar saya bahwa mba Ririe kn master klw msalah surabaya, mba jauh lbih faham dari saya,,
      klau skrang sudah jarang ya mba jalan2 diantara toko buku itu lagi,, snang rasanya klau bisa berjalan-jalan sambil belajar,, eh belajar sambil jlan2,,,

      Hapus
  8. soal drainase memang menjadi PR buat banyak kota.
    mas muarra pasti pernah ke samarinda kan.. saya seneng banget liat di sana. hujan deras banget lalu banjir. sesaat saja banjir, lalu ilang sama sekali tu air.

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar mas Zach,, terutama kota yg sudah maju dgan pembangunan yg pesat dan padat sperti sbaya juga kota besar lainnya,,,
      pernah bgt dong ksamarinda, sya kan lahir d kaltim,, hehee
      wah bang zach sering ksana ya,, kota tu semakin maju saja juga pnya drainase yg bagus, mungkin juga karena ada sungai mahakam yg memisahkan kota tersebu menjadi dua, samarinda kota dan samarinda seberang,,
      kapan2 main kesana lagi bang,,,

      Hapus
    2. ohh asli kaltim ya Mas? saya pikir Kalsel. Kalsel juga asyik tuh kalo soal air. air yang mengalir menuju Pasar Kuin, yuhuii

      Hapus
  9. Di Surabaya banjir juga? tempoh hari ada juga mendengar khabar dari tv berkenaan banjir di Jakarta. Mudahan baik2 aja semuanya.

    Suka baca tulisan muarra.. kayak membaca novel :). kasihan juga sama si gadis itu, di manakah tulang rusuknya saat dia terjerat laut dalam kota yang lagi terjebak dalam kota? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. banjirnya dadakan mba,lebih enak di sebut genangan air yang tidak menemukan jalan keluar,, klau yang di jakarta memang banjir besar,, semoga semua baik-baik aja ya mba Nur Rahmah,, terimakasih banyak mba atas doa dan perhatiannya,,,

      Hehehee novel dari mana, masih berantakan tulisan saya mba, masih perlu banyak belajar menulis yg baik dan benar,, dahulu pernah menulis novel namun belum selesai dan file-nya hilang, (jadi curhat) hehee, trimaksih mba,,
      nanti sang jasad menemukan juga tulang rusuknya,, adam saja walau dipisah dengan hawa akhirnya bertemu,, mba juga begitu kan tentunya,,, eheemmm...

      Hapus
  10. keren juga judulnya, heheh salam ukhuwah

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks bang,,,
      lama tak berjumpa bgaimna kbar dsana,, hehee

      Hapus
  11. gak SBY gak JKT, air akhir2 sama2 masuk kota ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak bgtu lah klw kota besar sudah dpenuhi perumahan padat jadinya pngaringan sdikit,,, klw hujan dtang banjir deh, atw ergenang,,

      Hapus
  12. Wah, seru dan menegangkan, itulah perasaan ane ketika membaca kisah yg satu ini, hehehe... Mantep lah sob, apalagi ada cewek (lumayan bening), hihihihih

    BalasHapus
  13. Ngomongin soal DRAINASE, kebetulan komplek kami di Duta Bandara Pontianak, mendapatkan bantuan pembuatan DRAINASE namun dengan syarat "harus" merelakan sebagian tanah di samping rumah untuk diambil sekitar 25 cm untuk mengalirkan aliran Drainase tersebut.

    BalasHapus
  14. kawasan perak memang seringkali banjir mas... tiap hujan deras pasti banjir

    BalasHapus
  15. mf oot mas..

    lama gk mampir, blom terlambat tuk ngucapin
    maaf klo ada salah2 kata.. *smile

    “Ƭαqobbαlαllαhu minnαα ωα minkum
    (Semogα Alloh menerimα αmαlku dαn αmαl kαliαn).”

    BalasHapus
  16. kalo ini mah di jakarte sering wkwkwkwk

    BalasHapus
  17. lah saya belum sempat jalan kesana. kemarin hanya keliling jabar. mudahan bisa ke jatim

    BalasHapus
  18. Selamat menempuh hidup baru Muarra :P

    BalasHapus
  19. Blogwallking jangan lupa kunjugin juga webkuu ^^

    BalasHapus
  20. http://kurniawan-fatih.blogspot.com/

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...