6 Feb 2011

Kami Bercermin Pada mu Guru

Guru berasal dari bahasa India yang artinya “orang yang mengajarkan tentang kelepasan dan kesengsaraan” (Shamsudin, Republika, 25 Nopember 1997). Pengertian lainnya menyatakan bahwa Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 ayat 1).
Fungsi guru yang paling jelas adalah sebagai orang tua setelah orang tua kandung mereka. Selayaknya orangtua memiliki perang yang sangat penting bagi anak mereka. Hal yang paling penting adalah kasih sayang dan pegertian dari orang tua. jikalau kita lihat ada orang tua yang tidak memberikan kasih sayang kepada anak maka resiko berat yang harus diterima anak ini. Sebuah cerita yang perlu anda ambil pelajaran darinya sbb:
Suatu hari di sebuah ruang kelas yang cukup ramai, seorang guru berinisiatif untuk mengambil kendali kelas yang lumayan ributdengan mengumpulkan anak-anak dengan berbentuk lingkaran. 
sang guru pun bertanya kepada siswa satu persatu apa cita-cita mereka. 
"apa ciata-cita andi..?" sang guru bertanya, 
"eeeeee.. dokter kayaknya bu guru" siswa menjawab. Bu guru pun beralih ke siswa yang lain "kalu eko mau jadi apa nanti" guru bertanya lagi "eko mau jadi guru juga bu biar bisa marahin anak yang nakal" jawab murid yang ditanya. Dan terjadilah tanya jawab yang terus berlangsung. Sangat bervariasi jawaban dari anak-anak tersebut. Ada juga yang tidak menjawab karena berbagi hal. Ada yang menjawab ingin menjadi seperti guru mereka, agar bisa memarahin siswa jika siswa ribut, ada juga yang ingin jadi dokter agar bisa menyuntik gurunya dan lain sebagainya. Akhirnya pandangan guru tersebut tertuju pada seorang anak yang wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda seag sedikitpun, wajahnya suram, dan seakan menahan kemarahan yang mendalam di dalam jiwanya. Sang guru pun memberanikan diri untuk bertanya "muaffaq sakit kah sayang..?" tanya ibu, "tidak" jawab murid tersebut dengan singkat, "kalu ibu boleh tahu apa keinginan affaq kalau sudah besar nanti..?", sang anak terdiam kaku tanpa sekatapun yang terbersit dari lidahnya "affaq mau jadi apa nanti..?" ibu mengulangi pertnayaannya. dan anak tersebut mengangkat kepalanya dan berkata dengan nada yang tidak biasa. "Saya ingin membunuh ibu guru karena sering tidak sayang dengan kami, ibu jahat, pembunuh...!!!" sang guru tersebut pun kaget perasaannya tidak karuan dan spontan meneteskan air mata, namun guru yang lain menenangkan guru tersebut dan mengambil murid tadi.
Bangsa dan Negara yang unggul tercermin dari peradaban  yang unggul  dan peradaban  yang unggul diawali oleh individu-individu yang unggul sebagai pelaku peradaban itu sendiri. siswa merupakan objek sekaligus subjek pendidikan dan dakwah yang berpotensial. Mereka adalah calon pelaku utama sejarah yang akan membangun dan mengendalikan peradaban manusia. Siswa adalah agen of change. Asset masa depan umat, karena siswa hari ini adalah pemimpin dimasa yang akan datang. Oleh karena itu pembinaan yang kompeherensip dan terencana adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan.
Lalu bagaimana dengan guru yang sama sekali salah langkah dalam bersikap dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. karena guru adalah teladan bagi anak didiknya. apapun yang dilakukan seorang guru akan menjadi perhatian yang berarti bagi muridnya, dari gaya berjalan, buang sampai, dan sebagainya. guru pun harus memahami kejiwaan anak karena tidak semua anak memiliki pemikiran yang sama. Setiap kepala berbeda pemikiran.
Satu kejadian yang masih terkenang di benak saya saat saya kecil. Saat itu bel telah berbunyi dan waktunya pelajaran dimulai, kami pun menyaksikan guru kami menuju ruang kelas denga persiapan mengajarnya. dan kami duduk ditempat masing-masing namun ada perasaan yang aneh kami rasa, kenapa guru kami lama sekali datangnya. Saat kami keluar  ternyata guru kami lebih tertarik dengan tukang sayur yang ada di halaman sekolah. Guru kami singgah untuk membeli beberapa sayuran dan buah-buahan entah untuk siapa. Kami pun sungguh merasa keheranan dan tidak mengerti ditambah lagi guru kami bercerita dan bercanda dengan lama, Apakah guru kami lebih mementingkan sayur daripada mendidik kami agar menjadi pemimpin terbaik di masa akan datang. Kami pun dibiarkan di kelas sehingga wajar kami ribut dan melakukan aksi yang kami suka tanpa memperdulikan saat itu kita waktunya belajar atau ribut.
di situlah sangant terlihat hilangnya wibawa guru sebagai tenaga pengajar yang seharusnya memberikan teladan yang baik bagi murid namun malah menghancurkan paradigma muridnya sendiri dengan tingkah yang mereka buat. Kita sebagai calon guru harusnya lebih bisa meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya. Buka melakukan sesuatu berdasarkan kepada keegoisan kita.
Wahai guru ingat lah engkau lah yang dapat memberikan pengertin kepada kami kearah yang benar atau yang salah dengan cara mengajarmu, buka hanya di kelas namun disetiap waktu, tempat dan keadaan. perbaiki niat dan tujuan.


1 komentar:

  1. masih banyak guru yang tidak mempedulikan mutu buat anak didiknya, yg penting dapat gaji masuk ruang kelas absen tugas dah selesai...

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...