Seakan Masih Tidak Rela

Rekan blogger yang berbahagia.

Saya kembali blogging lagi nih karena KKN sudah saya selesaikan rekan sekalian.

tapi saya binggung ingin membagi pengalaman dari mana dulu nih, karena banyak banget yang ingin saya sampaikan sobat.

Rekan yang berbahagia, semoga kalian selalu bahagia disana, juga ceria selalu. Jangan seperti saya yang begitu cengeng, saya masih merasa sedih teramat sangat mendalam karena keberangkatan saya meninggalkan tempat KKN saya sehari yang lalu. Saat keberangkatan kemarin saya tidak mau lagi menangis karena saat perpisahan sehari sebelumnya hampir semua teman-teman saya seangkatan menangis berlinang air mata, bahkan anak yang terkesan keras, kejam, preman, bahkan berhati batu ikut menangis tidak karuan karena

berpisah dengan para orang-orang yang baik dan ramah serta penuh kasih sayang disana. Benar-benar tidak bisa diduga, malam perpisahan itu awalnya kami sepakat jangan membuat mereka menangis, kami harus jadikan malam perpisahan itu sebagai malam yang bahagia tanpa harus ada tangis, namun ternyata saat kami naik panggung menyanyikan lagu perpisahan, para ibu-ibu sudah menangis terlebih dahulu, hingga tidak sadar kami melantunkan lagu perpisahan dengan berlinang air mata. Hingga kami turun panggung dan ramah tamah sudah tidak bisa ditahan lagi untuk menangis.

Saya awalnya sudah menahan untuk tidak menagis, namun ketika bapak adik warda, seorang wali murid yang anaknya kami bina, memelukku dengan erat dan mengatakan "kenapa cepat sekali kak harus pergi, tinggal disini saja ya.., jangan pergi, bapak belum bisa membalas kebaikan kakak semua" dengan suara yang parau karena beliau menangis tersendak-sendak, dan air matanya terasa hangat di pundakku. Saya pun tidak kuasa untuk menepati janji dengan teman-teman untuk tidak menagis. Akhirnya si kejam muarra menagis juga tanpa ampun. Seperti anak kecil ditinggal orang tuanya pergi jauh. saya kira saya saja yang menangis, setelah bapaknya warda kulepaskan dan memandang ke arah teman-teman yang bersalaman dan berpelukan, ternyata mereka juga menangis dengan pelampiasan yang tidak terhingga parahnya, bahkan lebih parah dari saya.
seakan tidak rela untuk pergi meninggalkan desa itu. apalagi adik-adik yang terlanjur sayang dan dekat, hanya tangis tanpa kata yang mereka sampaikan karena kata-kata yang mereka miliki tidak bisa mewakili apa yang dirasa.

Inikah namanya kesedihan Ya Tuhan.

Kami pertama kali datang langsung disambut dengan penuh suka cita, namun ketika kami pergi kennapa harus terasa duka cita yang teramat dalam.

nanti saja saya sambung lagi sobat saya tidak tahan untuk menulis lagi, pengelihatan saya sudah tidak jelas lagi karena tertutup air mata yang tidak tertahankan.

sorry sobat saya mau cari tissue dulu. T_T