15 Okt 2010

Akhir kisah Pekerja Teladan

Sebuah kisah yang perlu kita ambil hikmah dan dijadikan koreksi untuk kehidupan kita sehari - hari. Kisah dari Seorang tukang kayu tua yang bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi yang cukup terkenal. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemimpin perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat.  Ia merasa lelah dan cukup tua ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya.  Ia lalu minta pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya, tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu.
Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa, ia ingin segera berhenti.
Pikirannya tidak sepenuhnya dicurahkan, mulai lah dia melakukan pekerjaannya itu, dengan ogah-ogahan dan asal-asalan ia mengerjakan proyek itu.
Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya, bahkan bahan yang digunakan ada yang berasal dari bahan yang sudah tidak layak dipergunakan
, setelah beberapa lama ia mengerjakan proyek itu dengan penuh ketidak seriusan karena ia beranggapan ini adalah kerja trakhirnya dan dulu-dulu sudah banyak pekerjaan yang patut diacungkan jempol, dan akhirnya selesailah rumah yang diminta sang pimpinan prusahaan. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baiks ungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia
menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu.
" Rumah ini adalah rumah kamu," kata sang pemilik perusahaan.
" Hadiah dari saya sebagai penghargaan atas pengabdian kamu selama ini."

Betapa terkejutnya si tukang kayu.
Betapa malu dan menyesalnya.
Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.

Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita, disaat kita merasa sudah banyak hal baik yang kita lakukan kita malah tidak konsisten dalam melakukan kebaikan tersebut dan kita terkadang beranggapan bahwa sudah baanyak karya baik yang kita lakukan jadinya karya terakhir kita tidak harus seperti karya yang pertama.
Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupaya kan yang terbaik.
Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya, sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu.
Renungkan rumah yang sedang kita bangun.

Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap.
Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.
Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.
Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri.

Keberhasilan yang diraih, atau kegagalan yang menimpa dapat ditelusuri
jauhke dalam diri kita masing-masing. Karena KITA-LAH YANG MENJALANI semua ini.Bukan orang lain.

" Seorang bijak pernah mengatakan demikian :
Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu.
Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi tindakanmu.
Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu.
Amatilah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu.
Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.
Di atas semua itu, amatilah dirimu sendiri.
Hanya mereka yang mengenal dirinya-lah yang akan mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. "

4 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...